•●♥ About FeiwenZ ♥●•
Born at Jakarta in 1992.
A designer who loves music, games, and internet-friendly.
Great fan of Cinnamoroll cartoon character published by Sanrio.
Creative, fast learner, cheerful, hardworker, and friendly are 5 words to describe her.
Graduated in 2009 from Budi Mulia Senior High School.
Then, she took Design major in Tarumanagara University until present.
She finds experience by working freelance as a designer, photographer, and writer. She took part time jobs since High school as a Freelance Sales and Product Consultant.

Monday, July 25, 2011

9. The Craziest Idea

"Gue enggak bisa jadian sama elo." aku menjawab dengan cepat.

"Tapi kan...nanti gimana kalo Martin marah?"

"Soal itu, biar gue yang jelasin. Yang pasti, buat gue jadian nggak cuma sekedar main - main."

Aku berjalan menjauh dari kantin.
Sejujurnya, rasa kuatir menjalariku.
Aku tidak bisa berbohong bahwa aku kuatir apakah keputusan yang kuambil ini sudah tepat.
Tapi, aku tidak mau terpaksa jadian dengan Lexi hanya karena alesan konyol ini.

"Eva!" Lexi mengejarku dari belakang sambil setengah berlari.

Dia berdiri di hadapanku dan menatap lurus ke dalam mataku.

"Kasih gue waktu 1 bulan...eh enggak. 1 Minggu aja. Selama seminggu ini please pura - pura jadi cewek gue."

"Kan gue udah bilang, Lex... Untuk soal pacaran..."

"Makanya, pura - pura doang. Itung - itung sebagai permintaan maaf dan hadiah ultah gue. Please?" dia memohon sekali lagi.

"Emangnya kenapa mesti pura - pura jadian? Maksud gue, masih banyak cewek yang lebih pingin jadi pacar elo ketimbang gue."

"Maka itu, gue cuma bisa minta tolong ke elo. Karena cuma elo yang nggak suka sama gue."

Aku melihat tatapannya yang memelas.
Sejujurnya, kalau hanya pura - pura sih aku tidak keberatan.

"Tapi, kenapa? Gue pingin tau alesan yang jelas dan logisnya."

Lexi terdiam untuk beberapa saat. Kemudian dia berdeham dan memulai ceritanya.

"Elo tau nggak sekarang bulan apa?" dia bertanya

"Oktober...udah hampir November sih. Kenapa?"

"Nah...di awal bulan November nanti ada 1 hari yang paling nggak gue suka. Ulang tahun Emas Universitas."

"Kenapa nggak suka? Bukannya ada perayaan gede - gedean nanti?"

"Justru karena ada perayaan gede - gedean. Nggak tau apa yang ada di pikiran bokap, tapi dia bikin rencana pesta gede  - gedean....di Ballroom..."

"And then...? Duh, kaga usa bertele - tele deh. Intinya aja." aku mulai tidak sabar

"Intinya, ada sesi dansa berpasangan, dan gue sebagai anak dari orang penting di sini wajib ikut. Ngerti?"

Aku terdiam seribu bahasa mendengar penjelasannya.
Berarti, kalau aku berpura - pura jadi pacarnya, aku harus menemani dia menari di depan seluruh kampus?
Oh My God...itu lebih parah lagi.

"Gue nggak mungkin minta salah satu sembarang cewek untuk nari bareng gue. Ntar disangkanya gue juga suka sama tu cewek." wajah Lexi semakin memelas.

Kupikirkan kalimatnya untuk beberapa saat.
Memang sih, tidak sulit hanya berpura - pura seperti itu.
Toh situasi Lexi memang terjepit. Dia terlanjur wajib ikut acara seperti itu.
Aku kalau jadi dia pun serba salah.

"Janji....hanya untuk seminggu. Setelah itu, biarin gue idup tenang. Okey?"

Lexi langsung nyengir selebar - lebarnya.
Kemudian dia baru hendak maju mendekatiku, saat kutahan tubuhnya dengan tangan.

"Tapi....gue punya syarat!" kataku dengan cepat. "Satu...Gue nggak tahu gimana gaya pacaran elo, yang jelas gue nggak mau ada adegan pegang tangan, atau panggil - panggil sayang kayak terakhir kali di bioskop. Deal?"

Lexi mengangguk tanda setuju.

"Kedua...gue cuma pura - pura di depan orang banyak. Jadi, di luar kampus...it will be my privacy to be alone."

"Hmm...soal yang kedua itu, gue juga punya syarat."

"Syarat apa?" aku bertanya.

"Satu...di depan orang banyak, harus jalan di samping gue. Biar minimal orang di kampus tau bahwa elo pacar gue."

"Kenapa mesti gitu?"

"Ya gue nggak mau lah pas di pesta 1 kampus ngira gue dansa bareng sembarangan cewek entah darimana. Minimal udah ada predikat 'cewenya Lexi'. " dia menjelaskan panjang lebar.

Aku mengangguk juga, menerima syarat yang pertama itu.

"Kedua...gue nggak mungkin dansa bareng elo dalam keadaan begini. Jadi...besok elo ke rumah gue. Kita latihan. Oke?"

Lexi mengeluarkan handphonenya dari saku.
Dia memberi isyarat bagiku untuk mengeluarkan handphone juga.
Setelah itu dia menyodorkannya padaku.

"Masukin nomor elo di situ. Gue juga save nomor gue."

Kuketikkan nomor handphoneku di sana, kemudian kusave dengan nama 'Shelva'.
Saat kutekan tombol 'Save', Muncullah layar Home di handphonenya.
Tampaklah fotonya sendiri sedang memasang tampang sok cool.
Mengenakan jaket hip hop dan kalung besar ala rapper.

"Ckckck,...narsis amatt...." aku bergumam sambil menggeleng.

Lexi langsung malu dan merebut handphonenya dengan cepat.

"Itu kan buat koleksi pribadi doang." dia membela diri.

"Bo'ong. Pasti elo upload trus tag tag ke cewe' buat ajang promosi kan?" aku meledeknya.

"Ngarep gue tag biar bisa ngesave fotonya? Gue kirimin deh sini..."

Aku langsung memasang ekspresi malas.
Beginilah Lexi. Dalam hitungan menit pasti mengeluarkan kalimat yang membuat bulu kuduk merinding.
Satu kekurangannya yang paling fatal adalah kurang kemaluan! Maksudku...kurang rasa malu.

"Yaudah, gue masuk kelas dulu." kataku sambil melambaikan tangan padanya.

Dia mengembalikan handphoneku, kemudian membalas lambaian tanganku.
Saat menyusuri jalan menuju kelas, aku masih tidak berhenti memikirkan hal tadi.
Sedikit menyesal sih, kenapa aku menyetujui ide konyolnya.
Tapi kurasa, tidak ada salahnya sesekali berbuat baik, kan?

No comments:

Post a Comment

I'm looking forward to your comments and critics so I can make a better blog in the future. Thx a Lot. G.B.U.-Fei-