•●♥ About FeiwenZ ♥●•
Born at Jakarta in 1992.
A designer who loves music, games, and internet-friendly.
Great fan of Cinnamoroll cartoon character published by Sanrio.
Creative, fast learner, cheerful, hardworker, and friendly are 5 words to describe her.
Graduated in 2009 from Budi Mulia Senior High School.
Then, she took Design major in Tarumanagara University until present.
She finds experience by working freelance as a designer, photographer, and writer. She took part time jobs since High school as a Freelance Sales and Product Consultant.

Monday, July 25, 2011

21. Ternyata...

Aku memutar - mutar handphone yang sedang kupegang di tangan.
Rasanya sulit menekan tombol 'send' yang sudah sejak tadi kuraba - raba.
Ini adalah pagi pertama aku terbangun dengan memikirkan seseorang di kepalaku.
Yap, siapa lagi kalau bukan Lexi?

Rasanya masih sulit percaya bahwa aku....seorang Shelva...akhirnya jadian dengan Lexi.
Akhirnya kutekan juga tombol send tanpa pertimbangan lebih lanjut.

"Pagi Lex. Jangan lupa sarapan. Have a nice day." kataku di sms tersebut.

Belum sampai semenit, ada balasan sms dari Lexi.

"Pagi buletku... Lagi males sarapan. Udah kenyang soalnya. (>_<)"

Aku tertawa membaca sms balasannya. 
Baru pertama kali dia mengirim sms dengan emoticon seperti itu.
Tapi, kenapa dia terus - terusan menjuluki aku bulet yahh?
Apa memang aku se endut itu?

"Kenyang? Bis makan apa emang? Zzz... gue gak bulet! > " 

"Kenyang mikirin yang lagi baca sms ini. Hahaha... Gw brangkat dlu yah, mao latian basket di kampus. C u ..." Lexi membalas smsku dengan singkat.

Aku nyengir sumringah membaca sms balasannya.
Entah kenapa, jika dia berkata seperti ini waktu dulu, rasanya aku jengah membacanya.
Tapi kalau sekarang...malah jadi senangnya bukan main.
Huhh...rasanya aku harus terbiasa dengan sifatnya yang memang 'doyan' ngegombal.

Kusampingkan handphone dan pergi mandi.
Hari Sabtu yang cerah ini, sepertinya akan kuhabiskan di rumah.
Mungkin sambil membuat beberapa tugas kuliah untuk dikumpulkan hari senin.
Aku turun ke meja makan, dan melihat papa di sana.

"Pa!" aku memanggil dengan ceria.

Papa menoleh padaku dan tersenyum.

"Nak, baru bangun? Ayo sini sarapan bareng papa."

Papa meletakkan koran yang sedang dibacanya dan menyuruh mbak Ti untuk membuatkan sepiring nasi goreng lagi.
Aku mengambil posisi duduk di sebelah papa dan menuang susu kotak ke dalam gelas.

"Kemarin habis dinas kemana pa?" aku bertanya.

"Oh, ada rapat di singapur. Kebetulan pegawai di sana baru ditambah 50an orang. Papa disuruh training mereka sekitar seminggu." papa menjelaskan singkat. "Gimana kuliah kamu?"

"Baik...bentar lagi ujian. Tenang aja, IP tetap diatas 3.5 seperti biasa."

Papa mengacak - acak rambutku sambil tersenyum.
Lho, tunggu dulu. Sepertinya aku kenal gelagat ini.
Ini kan' yang sering dilakukan Lexi kepadaku?
Entah ekspresi gemas, ataupun senang pasti dia mengacak - acak rambutku.
Wah, gawat. Di saat seperti ini koq aku malah kepikiran Lexi ya?

Tidak lama kemudian nasi goreng khas Mbak Ti datang.
Aku melahapnya bersama papa.
Kami banyak bercerita tentang kegiatan masing - masing.
Rasanya senang sekali, karena sudah lama tidak ngobrol dengan papa.

Setelah sarapan, aku pamit untuk naik ke kamar lagi.
Aku duduk di depan komputer dan mengambil handphone.
Ada 3 buah sms yang masuk.
Kubuka sms pertama, yaitu dari Frey.

"Jahatt...kok nggak cerita ke gue kalo dah jadian beneran sama Lexi? Kapan nembaknya? Uhh...gue nyium wangi makanan enak nih..traktir!! "

Aku tertawa membaca sms dari temanku yang satu itu.

"Kaga pake nembak2an, ga jelas juga jadiannya sejak kapan. Iya, tenang aja gue beliin nasi sebakul buat ngasi makan anak - anak panti di perut lo.  "

Sms kedua adalah dari operator telpon seluler. 
Sms tidak penting yang mengingatkan adanya promosi gratis internetan.
Dan sms ketiga...dari Lexi.

"Lgi ngpain? Cape' latiannya. Mumpung sabtu, tar jalan yok?"

He? Lexi mengajakku jalan - jalan?
Sepertinya baru 2 hari jadian tapi sudah ngedate terus.
Ah, tapi biarlah.
Aku menyetujui ajakan Lexi kemudian berganti pakaian.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara motor Lexi.
Aku keluar rumah dan menghampirinya yang sudah berganti pakaian.
Dia memakai polo shirt berwarna biru dan celana panjang hitam.
Aku, agak timpang penampilannya dengan celana jeans kumal dan kaos biasa.

"Bentar, keatas dulu." aku berkata padanya.

Aku naik dan langsung mengobrak - abrik isi lemari.
Mataku tertuju pada kaos tanpa lengan berwarna putih dan vest pink panjang, tanpa lengan juga.
Kupadukan dengan celana pendek berwarna hitam, untuk menyamai celana panjangnya.

Setelah kurasa penampilanku lebih baik, aku turun dan keluar gerbang.

"Wah, ganti baju?"

"Kenapa? Jelek ya?" aku bertanya sambil memperhatikan penampilanku sendiri.

"Cakep koq. Ayok naek." Lexi menyodorkan helm kepadaku.

Aku naik ke atas motor dan kemudian melaju pergi.

"Kita mau kemana?" aku bertanya.

"Ke...pantai aja yuk? Tempat waktu itu."

Aku jadi teringat kembali, pantai tempat aku marah kepada Lexi tanpa sebab yang jelas.
Pantai tempat aku pertama kalinya berpura - pura jadi 'pacar' Lexi.
Sepertinya, pantai itu banyak kenangannya. 
Hehehe...

Sesampai disana, Lexi memarkir motor dan kami berjalan telanjang kaki ke arah laut. 
Sesekali, dia menendang pasir atau menenggelamkan kakinya di pasir.
Aku sendiri hanya tertawa melihat tingkahnya.

"Foto yuk?" tiba - tiba Lexi mengajak.

"He? Foto? Foto apaan?"

"Foto berdua lah. Masa foto orang lewat." Lexi protes.

Aku sebelumnya tidak pernah foto berdua dengan pacar.
Dengan teman pun jarang berdua. 
Biasanya beramai - ramai.

Lexi mengeluarkan handphonenya yang baru dari saku.
Handphonenya kali ini, berbentuk flip.
Terdapat kamera depan di atas layar, kami berfoto dari situ.
Kemudian aku juga menggunakan hpku untuk foto bersama.
Mulai dari pose ceria, pose jelek, sampai pose jutek.

"Bulet, sini hpnya." dia meminta handphoneku.

"Buat apaan?"

"Uhh...curigaan amat. Siniin aja." dia mengambil handphone dari tanganku.

Sambil mencuri - curi lirik, kuperhatikan apa yang dilakukannya kepada handphoneku.
Tapi karena tubuhnya yang tinggi, aku tidak berhasil mengintip apapun.
Dan karena kasihan melihatku lompat - lompatan, akhirnya dia mengembalikan handphone itu padaku.

Saat kulirik wallpapernya, ternyata sudah tergantikan oleh fotoku dan Lexi barusan.
Dia memamerkan handphonenya yang juga menggunakan wallpaper yang sama.
Aku tersenyum.
Rasanya senang sekali.

Entah mengapa, sepertinya dia sangat senang melakukan hal apapun denganku.
Dia ingin memajang wallpaper yang sama, bahkan theme hp pun dia ganti menjadi warna merah; seperti punyaku.
Setiap kali dia tersenyum padaku, rasanya terasa hangat di dalam hati.
Lexi seolah tahu persis bagaimana membuatku meleleh.

Aku sedang memandangi layar handphone Lexi, saat handphone tersebut bergetar.
Layarnya terpampang sebaris tulisan

"...LuvLyn is calling..." tulisannya tertulis begitu.

Aku menoleh pada Lexi dan melambaikan handphone tersebut di depan matanya.

"Luvlyn?" aku bertanya.

Lexi langsung mengambil handphone itu dan dengan langkah cepat, dia sudah menelpon dibalik sebuah pohon.
Aneh! Sikapnya sangat tidak biasa saja.
Tapi, mungkinkah itu suatu telpon yang penting?
Tapi...nama contactnya seakan tidak biasa.
Untuk nama biasa pun, LuvLyn sepertinya aneh.

Dengan rasa penasaran yang menjerat ubun - ubun, aku berjingkat - jingkat ke belakang pohon tempat Lexi menelpon.
Untungnya pohon itu cukup besar untuk menutupi seluruh badanku.

"Iya...ini nggak lagi di rumah." Lexi berkata. "Kesana aja. Ada Alex kok."

Hm...apakah orang itu sepupu Lexi? 
Sepertinya dia kenal Alex juga.
Aku merasa sedikit lega.
Aku baru akan kembali ke tempatku duduk, sebelum kudengar sebaris kalimat Lexi.

"Aku cepet pulang deh....Iya, Miss You Too..."

Kedua kakiku terasa terpaku ke tanah.
Aku menoleh perlahan ke punggung Lexi.
Aku...? Miss You...? 
Gila! Itu sih' omongan mesra buat pacar!

Sesaat kemudian Lexi berbalik badan setelah menutup telpon.
Aku menatapnya penuh amarah.

"Eva?! Sejak kapan di situ?" Lexi panik.

"Sejak waktu yang pas...buat denger apa yang perlu gue denger!"

Lexi tampak sangat bersalah dan dia mencoba berkata sesuatu tapi tidak keluar apapun dari mulutnya.

"Gue cuma pingin tanya, itu siapa?" aku bertanya dingin.

Dalam hati, aku berbisik. 
Semoga itu saudaranya.
Semoga itu anggota keluarganya.

"Dia...mantan..." Lexi menjawab sambil tertunduk.

Rasanya seperti hatiku dicabik - cabik!
Ternyata, Lexi sampai sembunyi dibalik pohon, menelpon diam - diam dan mesra, untuk menelpon mantannya??
Tunggu dulu...jangan - jangan...

"Mantan lo...kenal Alex. Kalian satu SMA?"

Lexi agak kaget mendengar pertanyaanku.

"Ehmm...iya. Kok tau?"

"Dia...3 hari lalu ke kampus, naik motor pink?" aku langsung 'menembak' dengan pertanyaan frontal.

"Lho, elo kenal dia?" Lexi lebih kaget lagi.

Tepat dugaanku!
Memang, cewek yang ada di album foto itu, yang merangkul Lexi 3 hari lalu.
Cewek, yang semasa SMA jadi pacar Lexi.
Dialah...Lyn.

Aku sudah kehabisan kata dan langsung berbalik pergi.
Mataku mulai digenangi air.
Rasanya ingin secepatnya menghilang dari sini!

Kalau memang dia masih aku-kamu-an dengan Lyn,
Kalau memang dia masih bilang KANGEN sama Lyn,
Untuk apa aku ada di sini jadi pacarnya?
Kenapa dia nggak jadian dengan Lyn saja?

"Eva, mau kemana?" Lexi mengejarku.

"Kemana aja, asal nggak ada elo!"

"Maafin gue. Va..." Lexi terus - terusan memanggil.

"Nggak usah minta maaf." aku berbalik badan. "Toh' terserah bagi gue, elo mau kangenan sama siapa. Elo juga nggak pernah 'nembak' gue, jadi gue anggep kita nggak jadian! Kita NGGAK ada hubungan apa - apa."

Aku tercengang dengan kaliimatku sendiri.
Aku menutup mulutku dengan tangan.
Sepertinya kata - kataku barusan keterlaluan.
Nyatanya, Lexi langsung membatu.

Aku melihat Taxi yang lewat di sana, dan langsung masuk ke dalamnya.
Lexi tidak sempat memberhentikanku karena aku keburu menutup pintu.
Taxi melaju hingga ke rumahku.

Saat turun dari taxi, hujan sedang mengguyur deras.
Tapi aku tidak peduli. 
Yang kuinginkan sekarang hanya menghapus suara yang terus - terusan menghantui telingaku.
Suara Lexi yang berkata bahwa... dia kangen Lyn...mantannya.

No comments:

Post a Comment

I'm looking forward to your comments and critics so I can make a better blog in the future. Thx a Lot. G.B.U.-Fei-